Di era digital, akses terbuka terhadap sumber belajar jadi semakin penting. Salah satu bentuk kontribusi yang berdampak besar adalah membuat eBook edukasi berlisensi terbuka (open license) untuk pelajar. Dengan lisensi seperti Creative Commons, kamu bisa berbagi pengetahuan dengan lebih luas dan legal. Tapi bagaimana cara memulainya?
1. Tentukan Topik dan Tujuan
Pilih topik yang kamu kuasai atau yang dibutuhkan pelajar, seperti:
- Matematika dasar
- Ilmu lingkungan
- Literasi digital
- Etika dan kewarganegaraan
Tentukan juga apakah eBook ini untuk jenjang SD, SMP, atau SMA. Semakin spesifik, semakin mudah proses penulisannya.
2. Rancang Struktur Isi
Buat outline sederhana:
- Judul bab
- Subbab
- Ringkasan
- Tugas atau latihan soal
- Referensi tambahan
Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan ramah pelajar, jangan terlalu akademis kecuali memang dibutuhkan.
3. Gunakan Sumber Terbuka
Jika kamu menyertakan gambar, grafik, atau kutipan, pastikan itu berasal dari sumber dengan lisensi terbuka, seperti:
- Wikimedia Commons
- Unsplash (untuk gambar bebas lisensi)
- OpenStax atau Khan Academy (untuk inspirasi isi pelajaran)
Selalu sertakan atribusi jika diperlukan.
4. Pilih Format Penulisan
Kamu bisa menulis di:
- Google Docs (lalu diekspor sebagai PDF)
- Markdown editor
- Canva (untuk eBook visual)
- LibreOffice Writer
Pastikan file akhir mudah diakses dan tidak terkunci (bebas DRM).
5. Tambahkan Lisensi Open
Gunakan salah satu dari lisensi Creative Commons, misalnya:
- CC BY (boleh digunakan ulang asal mencantumkan nama pembuat)
- CC BY-SA (harus dibagikan dengan lisensi serupa)
- Hindari lisensi “NC” (non-komersial) jika ingin mendukung reuse seluas-luasnya.
Sisipkan logo dan teks lisensi di halaman awal atau akhir eBook.
6. Distribusikan dengan Bijak
Upload ke platform terbuka seperti:
- Internet Archive
- GitHub
- Google Drive publik
- Website sekolah atau komunitas
Promosikan melalui media sosial, grup belajar, atau forum pendidikan.
Penutup
Dengan membuat eBook edukasi open license, kamu bukan hanya berbagi ilmu—tapi juga membangun budaya belajar inklusif. Pendidikan jadi lebih merata ketika kita semua bisa memberi akses, bukan hanya informasi.